Senin, 26 November 2012

EVALUASI

EVALUASI
     Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah di tetapakan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang menurut Tardif (1989) berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang di capai siswa sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan. Selain kata evaluasi dan assessment ada pula kata lain yang searti dan relatif lebih masyur dalam dunia pendidikan kita yakni tes,ujian,ulangan.
     Iatilah THB(Tes hasil Belajar) dan TPB(Tes Prestasi Belajar) adalah alat-alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar-mengajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran. Sementaraitu, evaluasi biasanya di gunakan untuk menilai hasil pembelajaran para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu,seperti evalusi belajar tahap akhir dan evaluasi belajar tahap akhir ( EBTA dan EBTANAS ).
Tujuan evaluasi
1.    Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah di capai pleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini berati seorang guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkn dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya
2.    Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Dengan demikian hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai alat penetap apakah siswa tersebut termasuk kategori cepat,sedang atau lambat dalam arti mutu kemampuan belajarnya.
3.    Untuk mengetahui tingkat usaha yang di lakukan siswa dalam belajar. Dengan hal ini guru bisa mengetahui tingkat kepahaman siswa itu seberapa.

Metode SQ3R

METODE BELAJAR SQ3R
     Kiat spesifik di rancang untuk memahami teks itu di sebut metode SQ3R yang di kembangkan oleh Francis P.Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat. Metode tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.
     SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah-langkah memahami teks yang meliputi:
1.    Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks
2.    Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yangrelevan dengan teks
3.    Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun
4.    Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah di temukan
5.    Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga

Minggu, 04 November 2012

BELAJAR




BELAJAR

A.    Definisi Belajar
    Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dsan jenjang pendidikan. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.
    Skinner, seperti yang di kutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational psychology : the teaching learning process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
    Skinner, seperti juga Pavplov dan Guthrie, adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus ( rangsangan ) dengan respons ( tanggapan,reaksi ).
    Chaplin dalam Dictionary of Psychologhy membatasi belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
    Hintzman dalam bukunya The Psychology of learning and memory Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme (manusia dan hewan) di sebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
    Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar ialah perubahan yang relatif menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
B.    Contoh Belajar
    Dalam mempermudah pemahaman anda mengenai bagaimana sebenarnya proses belajar itu berlangsung, berikut ada contoh sederhana sebagai gambaran.
    Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakannya pada suatu permukaan atau daratan. Perilaku memutar dan meletakan tersebut merupakan respons atau reaksi atas rangsangannya yang timbul / ada pada mainan itu ( misal, kunci dan roda mobil-mobilan tersebut ).
    Pada tahap permulaan, respons anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Namun berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang lambat laun ia menguasi dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan dengan baik dan sempurna.Sehubungan dengan contoh ini, belajar dapat kita pahami sebagai proses yang dengan proses itu sebuah tingkah laku di timbulkan atau di perbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan yang ada.
C.    Arti Penting Belajar
    Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
    Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah, manusia terbebas dari kemadegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan –keputusan penting untuk kehidupannya.
    E.L. Thorndike meramalkan, jika kemampuan belajar umat manusia di kurangi setengahnya saja maka peradaban yang ada sekarang tak akan berguna bagi generasi mendatang. Bahkan, mungkin peradaban itu sendiri akan lenyap di telan zaman ( Howe, 1980 ).
    Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis juga bisa terjadi karena belajar. Contoh, tidak sedikit orang pintar yang menggunakankepintarannya untuk mendesak bahkan menghancurkan kehidupan orang lain. Kenyataan tragis lainnya yang lebih parh juga muncul karena hasil belajar. Hasil belajar pengetahuan dan teknologi tinggi, misalnya tak jarang di gunakan umtuk membuat senjata pemusnah sesama umat manusia. Alhasil kinerja academic yang merupakan hasil belajar itu di samping membawa manfaat, terkadang juga membawa madarat.
    Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar sekelompok manusia tertentu, kegiatan belajar tetap memiliki arti penting. Alasannya, seperti yang telah di kemukakan di atas, belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya, dengan ilmu dan teknologi hasil belajar kelompok manusia tertindas itu juga dapat di gunakan untuk membangun benteng pertahan. Iptek juga bisa di pakai untuk membuat senjata penngkis agresi sekelompok manusia tertentu yang mungkin hanya di kendalikan oleh segelintir oknum.
    Selanjutnya, dalam perspektif keagamaanpun ( dalam hal ini agama islam ) belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini di nyatakan dalam surat Mujadalah : 11 yang artinya artinya : niscahya allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang beriman dan berilmu. Ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengn tumtutan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.
    Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tadi, anda selaku calon guru atau guru yang profesional seyoginya melihat hasil belajar siswa-siswa berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh. Sehubungan dengan ini, seorang siswa yang menempuh proses belajar, idealnya di tandai oleh munculnya pengalaman-pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut di harapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif ( merusak ).
    Untuk mencapai hasil belajar yang ideal seperti di atas, kemampuan para pendidik teristimewa guru dalam membingbing belajar murid-muridnya amat di tuntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi ( berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, di harapkan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan tercapai.
ARTI PENTING PERKEMBANGAN KOGNITIF
BAGI PROSES BELAJAR SISWA
A.    Mengembangkan Kecakapan Kognitif
    Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu di kembangkan segera khususnya oleh guru, yakni 1) strategi belajar memahami isi materi pelajaran ; 2) strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit di harapkan mampu mengembangkan rsnsh efektif dan psikomotornys sendiri .
    Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan luar ( motif ekstrinsik ) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikan . aspirasi yang di milikinya pun bukan ingin menguasai materi secara mendalam , melainkan sekedar asal lulus atau naik kelas . sebaliknya, preferensi kognitif yang ke dua biasnya timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri ( motif instrinsik ) , dalam arti siswa tersebut memang tertarik dan membutuhkan materi-materi pelajran yang di sajikan gurunya. Oleh karena nya , siswa ini lebih memusatkan perhatiyan nya untuk benar-benar memahami dan juga memikirkan cara menyampaikannya ( Good & Brophy ). Untuk mencapai aspirasi ini ia memotivasi dirinya sendiri agar memusatkan perhatiyannya pada aspek signifikan materi dan menghubungkannya dengan materi-materi lain yang relevan. Jadi, mengaplikasikan materi tidak selalu berarti dalam bentuk pelaksanaan dalam kehidupan nyata di luar sekolah , meskipun ada beberapa jenis materi yang memerlukan atau dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari .
    Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mrendalam terhadap isi materi pelajaran. Guru di harapkan mampu menjauhkan para siswa dari strategi dan preferensi akal yang hanya mengarah ke aspirasi asal naik atau lulus . Kepada para siswanya seyoginya di jelaskan contoh-contoh dan peragaan sepanjang memungkinkan agar mereka memahami signifikansi materi dan hubungannya dengan materi-materi lain. Selanjutnya , guru juga di tuntut untuk mengembangkan kecakapan kognitif para siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang di milikinya dan keyakinan-keyakinan terhadap pesan-pesan moral atau nilai yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuannya.seiring dengan upaya ini , guru di harapkan tak bosan-bosan melatih penggunaan procedural knowledge ( pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu ) yang relevan dengan pengetahuan normatif ( declarative knowledge ) .
.
B.    Mengembangkan kecakapan afektif
    Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah efektif. Sebagai contoh , seorang guru agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif dengan cara seperti yang di uraikan di atas , akan berdampak positif terhadap ranah efektif para siswa. Dalam hal ini , pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran agama di sajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip tadi akan meningkatkan kecakapan ranah efektif para siswa. Peningkatan kecakapan ranh efektif ini antara lain, berupa kesadran beragama yang mantap.
C.    Mengembangkan Kecakapan Psikomotor
     Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang kongkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya. Banyak contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif berpengaruh besar terhadap berkembangnya kecakapan osikomotor . para siswa yang berprestasi baik ( dalam arti luas dan ideal ) dalam bidang pelajran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah salat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang memerlukan. Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan ( afektif ) sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya ( kognitif ).

Perkembangan Sosial dan Moral Menurut Teori Belajar Sosial

A.    PERKEMBENGAN SOSIAL DAN MORAL MENURUT TEORI BELAJAR SOSIAL

Teori belajar sosial ( soscial – learning ) adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru di bandingkan dengan teori –teori  belajar lainnya. Salah seorang tokoh utama teori ini adalah Albert  Bandura , seorang psikolog pada Universitas Stanford  Amerika  Serikat, yang oleh banyak ahli di anggap sebagai seorang behavioris masa kini yang moderat. Tidak seperti rekan-rekannya sesama penganut aliran behaviorisme, Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus ( S-R Bond ) , melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Menurut Barlow ( 1985 ) , sebagian b esar dari yang di pelajari manusia terjadi melalui peniruan   ( imitation ) dan penyajian contoh perilakunya ( Modeling ). Dalam hal ini seorang belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang ataw sekelompok orang mereaksi ataw merespon sebuah stimulus tertentu .siswa ini juga dapat mempelajari respon-respon baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya guru ataw orang tua.
Pendekatan teory belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa di tekankan pada :
1.    Conditioning ( pembiasaan merespons ), menurut prinsip-pronsip kondisioning, prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku_perilaku lainnya. Yakni dengan ” reward” ( ganjaran/memberi hadian atau mengganjar) dan “ punisment “ ( hukuman/memberi hukuman ).
2.    Imitation ( peniruan ), prosedur lain yang juga penting dan menjadi bagian yang integral ( menyatu ) dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori social learning, ialah proses imitasi atau peniruan . dalam hal ini , orang tua dan guru memainkan peran penting sebagai seorang model , figur , yang di jadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswanya.
Contohnya: mula-mula seorang siswa mengamati model gurunya sendiri yang sedang melakukan sebuah perilaku sosial , upamanya menerima seorang tamu. Lalu perbutan menjawab salam, berjabat tangan, beramah tamah, dan seterusnya yang di lakukan model itu di serap oleh memori siswa tersebut. Di harapkan, cepat atau lambat siswa tersebut mampu meniru sebaik-baiknya perbutan sosial yang di contohkan oleh model nya itu .