Minggu, 04 November 2012

ARTI PENTING PERKEMBANGAN KOGNITIF
BAGI PROSES BELAJAR SISWA
A.    Mengembangkan Kecakapan Kognitif
    Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu di kembangkan segera khususnya oleh guru, yakni 1) strategi belajar memahami isi materi pelajaran ; 2) strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit di harapkan mampu mengembangkan rsnsh efektif dan psikomotornys sendiri .
    Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan luar ( motif ekstrinsik ) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikan . aspirasi yang di milikinya pun bukan ingin menguasai materi secara mendalam , melainkan sekedar asal lulus atau naik kelas . sebaliknya, preferensi kognitif yang ke dua biasnya timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri ( motif instrinsik ) , dalam arti siswa tersebut memang tertarik dan membutuhkan materi-materi pelajran yang di sajikan gurunya. Oleh karena nya , siswa ini lebih memusatkan perhatiyan nya untuk benar-benar memahami dan juga memikirkan cara menyampaikannya ( Good & Brophy ). Untuk mencapai aspirasi ini ia memotivasi dirinya sendiri agar memusatkan perhatiyannya pada aspek signifikan materi dan menghubungkannya dengan materi-materi lain yang relevan. Jadi, mengaplikasikan materi tidak selalu berarti dalam bentuk pelaksanaan dalam kehidupan nyata di luar sekolah , meskipun ada beberapa jenis materi yang memerlukan atau dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari .
    Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mrendalam terhadap isi materi pelajaran. Guru di harapkan mampu menjauhkan para siswa dari strategi dan preferensi akal yang hanya mengarah ke aspirasi asal naik atau lulus . Kepada para siswanya seyoginya di jelaskan contoh-contoh dan peragaan sepanjang memungkinkan agar mereka memahami signifikansi materi dan hubungannya dengan materi-materi lain. Selanjutnya , guru juga di tuntut untuk mengembangkan kecakapan kognitif para siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang di milikinya dan keyakinan-keyakinan terhadap pesan-pesan moral atau nilai yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuannya.seiring dengan upaya ini , guru di harapkan tak bosan-bosan melatih penggunaan procedural knowledge ( pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu ) yang relevan dengan pengetahuan normatif ( declarative knowledge ) .
.
B.    Mengembangkan kecakapan afektif
    Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah efektif. Sebagai contoh , seorang guru agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif dengan cara seperti yang di uraikan di atas , akan berdampak positif terhadap ranah efektif para siswa. Dalam hal ini , pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran agama di sajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip tadi akan meningkatkan kecakapan ranah efektif para siswa. Peningkatan kecakapan ranh efektif ini antara lain, berupa kesadran beragama yang mantap.
C.    Mengembangkan Kecakapan Psikomotor
     Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang kongkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya. Banyak contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif berpengaruh besar terhadap berkembangnya kecakapan osikomotor . para siswa yang berprestasi baik ( dalam arti luas dan ideal ) dalam bidang pelajran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah salat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang memerlukan. Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan ( afektif ) sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya ( kognitif ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar